Pilgub 2013, Fatwa Kiyai Tak Digubris
SURABAYA-Jika selama ini fatwa kiai selalu menjadi panutan bagi umat, namun dalam masalah politik khususnya pilgub Jatim ternyata ada fenomena pergeseran. Hal tersebut paling tidak terlihat dari hasil survei yang dilakukan Ikatan Sarjana Nadhatul Ulama (ISNU) Jatim.
Sesuai survei tersebut, disebutkan bahwa di beberapa wilayah di Jatim, justru melakukan pembangkangan atas fatwa kiai. Ini karena masyarakat sudah mulai cerdas dalam menentukan pilihan politiknya untuk memilih figur gubernur Jatim. Wakil Ketua ISNU Jatim, Ahmad Zainul Hamdi, mengakui saat ini tingkat kepatuhan masyarakat kepada kiai sudah terjadi pergeseran.
Zainul mencontohkan di Surabaya. Ia menyebutkan bahwa hampir 100 persen warga Kota Pahlawan itu tidak patuh lagi dengan fatwa kiai. Pergeseran serupa terjadi di Sidoarjo, kabupaten dan kota Mojokerto, Kota Kediri, Banyuwangi, dan Trenggalek. "Jumlah pembangkangan terhadap kiai menunjukkan angka sangat tinggi. Di Surabaya malah 100 persen tingkat ketidakpercayaannya,'' kata dosen Ushuluddin IAIN Sunan Ampel ini, kemarin (13/3).
Tingkat ketidakpatuhan masyarakat kepada kiai dalam pilihan politik itu, kata dia, sudah muncul ketika pilpres 2004 saat Megawati maju menjadi capres berpasangan dengan Hasyim Muzadi yang notabene adalah ketua PBNU. Kekalahan pasangan itu menunjukkan adanya ketidakpatuhan warga NU kepada kiainya. "Dan setiap pemilukada, angkanya terus menunjukkan kenaikan," tambah dia.
Dengan melihat kondisi ini, tambahnya, bisa menjadi cermin bagi para kandidat calon gubernur yang akan berlaga di pilgub, 29 Agustus mendatang. Dimana, warga NU dalam pilihan politiknya sekarang sudah tidak lagi memperhatikan fatwa kiai jika tidak sesuai dengan persepsi mereka.
Sebaliknya, warga NU lebih condong melihat hasil kerja calon dan tingkat elektabilitas atau popularitasnya di masyarakat. Selain meneliti tentang tingkat kepercayaan warga NU, ISNU Jatim juga menyurvei tingkat popularitas di antara dua kader NU yang kini maju dalam pilgub Jatim. Yakni, antara Khofifah Indar Parawansah dan Saifullah Yusuf (Gus Ipul).
Hasilnya, nama Gus Ipul lebih populer di masyarakat dibanding figur NU yang lain termasuk Khofifah Wilayah yang mendominasi dukungan kepada Gus Ipul adalah Mataraman dan Pantura. Sementara popularitas Khofifah terdistribusi merata di seluruh kabupaten/ kota di Jatim. Namun, tidak ada yang dominan.
Untuk survei hasil pilihan warga NU itu, hampir 42,4 persen mendukung Gus Ipul sebagai cagub Jatim. Sedang jika Khofifah cagub, hanya didukung sekitar 33,7 persen suara. Sementara untuk posisi cawagub Jatim, yang menghendaki Gus Ipul sekitar 28,4 persen dan Khofifah 32,4 persen. Ini berarti warga NU masih ingin Gus Ipul menjadi cagub daripada cawagub. (gresik.co/budi/rou/jay/radarsby.com/jpnn.com)