Legislator Golkar: Jokowi Harus Ubah Alokasi Penerimaan Negara

Jakarta - Legislator Partai Golkar, Harry Azhar Aziz,
menyarankan pemerintahan baru pimpinan Joko Widodo dan Jusuf Kalla
dapat mengubah alokasi penerimaan negara untuk membiayai program kerja
selama lima tahun mendatang.
Menurut Wakil Ketua Komisi XI DPR RI
itu, Presiden Joko Widodo dapat melakukan, misalnya, pemangkasan
belanja-belanja negara, meningkatkan penerimaan pajak, menaikkan
penerimaan negara bukan pajak, dan lain-lain. “Apa pun, ini harus
menjadi perhatian," katanya, di Jakarta, Sabtu, 30 Agustus 2014.
Harry
menuturkan, cara penghematan dengan cara memotong anggaran pengeluaran
juga dapat dilakukan sebagai alternatif agar tujuan dan target
Pemerintah tercapai.
“Kalau menghemat, berarti dipotong belanja.
Belanja subsidi dipotong, salah satu alternatif. Belanja birokrasi
dipotong, salah satu lagi alternatif. Belanja utang dipotong, juga
alternatif lagi," jelasnya.
Namun, ia tidak memungkiri bahwa
solusi tersebut juga memiliki risiko terhadap masyarakat. Misalnya,
kalau subsidi dikurangi, apalagi tanpa kompensasi apa pun, pasti rakyat
kecil terdampak. Kalau belanja birokrasi dipangkas, pegawai negeri
terkena imbas.
“Kalau kita potong belanja bayar utang dunia
internasional, kita dari good boy (negara yang rajin membayar utang)
menjadi bad boy (negara penunggak utang),” ujarnya.
Sebagai
solusi, menurut Harry, pemerintahan baru dapat mengombinasikan semua
alternatif atau dengan meningkatkan penerimaan negara. “Bisa kombinasi
dari alternatif itu, atau dengan meningkatkan penerimaan. Semua
tergantung Pemerintah.”