Batik Gentongan Mistik, Bernilai Puluhan Juta
Minggu, 16 Februari 2014 20:10:26 - oleh : husen

Batik Gentongan Mistik, Bernilai Puluhan Juta

KABARSURAMADU.COM BANGKALAN-Dimasa sekarang ini siapa yang tidak mengenal Batik, kain yang penuh corak dan motif seni ini, mulai di kenal bahkan di gandrungi masyarakat internasional. Warna dan ukiran yang di garap secara apik ini, mampu memikat hati masyarakat dunia untuk memakainya.

Salah satunya batik yang berasal dari Kecamatan Tanjung Bumi Kabupaten Bangkalan, yang biasa di Sebut Batik Gentongan. Selain memiliki motif ukir yang eksotik dan warna menyala, batik gentongan memiliki nuansa mistik dalam pembuatannya.

"Yang membedakan batik Tanjung Bumi dengan batik di daerah lain, ukirannya lebih kecil dan detil, warnanyapun terang menyala, seperti warna merah kesukaan masyarakat Madura" terang, salah satu pengrajin batik, Rofiah

Untuk pembuatan Batik Gentongan, sambung Rofiah, membutuhkan proses yang cukup lama yaitu sekitar 2 tahun. Tahap pertama ditulis dan pewarnaan selanjutnya di rendam satu malam. Setelah selesai dikasih obat lalu dijemur proses ini membutuhkan waktu satu tahun lebih, langkah terakhir di rendam selama 6 bulan.

"Kalau batik lainya hanya di ukir di luarnya saja, sedangkan Getongan penulisannya luar dalam, sehingga ukirannya tembus dan halus disamping itu pewarnanya terbuat dari bahan alami seperti daun dan buah" ujarnya.

Dijelaskan, untuk proses yang paling penting dalam pembuatan batik gentongan, ketika ada orang yang meninggal, proses pembatikan harus dihentikan atau di diamkan. Kalau tidak, warna batik akan pudar alias rusak.

"Kalau ada orang meninggal di kampung, pengrajin batik biasanya langsung berhenti, kalau dikerjakan terus, biasanya batiknya tidak jadi, bisa warnanya luntur atau bahkan rusak" terangnya.

Sementara untuk harga batik gentongan, menurut salah satu pedagang batik di Desa Macajeh Kecamatan Tanjung Bumi Randinah, mencapai puluhan juta rupiah perpotongnya.

"Harganya ada yang 5 juta sampai 10 juta perpotongnya, bahkan kalau di jual ke Jakarta harganya bisa dua kali lipat yaitu 20 juta" ucapnya.

Randinah mengaku, proses pembuatan batik hingga ke pemasaran, bukan tanpa kedala. Diawal tahun 2000an, para pengrajin batik kesulitan akan modal dan bahan baku. Akibatnya produksi batik sangat minim, karena hanya mengandalkan pesanan.

"Ya alhamdulilah dengan bantuan pemerintah dan program CSR PHE WMO, produksi batik di Tanjung Bumi semakin meningkat bahkan sampai ekspor ke Macanegara" tandasnya.

Terpisah, Goverment Relation Offocer, PT PHE WMO, Boediono Ashar, menyatakan sejak beralihnya pengelolaan Migas dari Codeko ke Pertamian. CSR dari hasil ekploitasi di blok West Madura Ofshort (WMO terus di salurkan ke masyarakat, utamanya
Kepada pengrajin batik.

" Sejak beroprasi tahun 2010, kita terus memberikan bantuan permodalan dan bahan baku, sekaligus ikut memasarkan melalui pameran di Jakarta tiap tahunnya" paparnya.(Sen)

 

| More

Berita "Feature" Lainnya