Aktivis Mahasiswa ITS Ajak Siswa SD mengobservasi Habitat Burung Migran di Pesisir Bangkalan‬
Senin, 23 Mei 2016 11:08:00 - oleh : eko

Aktivis Mahasiswa ITS Ajak Siswa SD mengobservasi Habitat Burung Migran di Pesisir Bangkalan‬


Kenalkan Urgensi Pelestarian Lingkungan Sejak Dini

‪kabarsuramadu.com, Bangkalan - kepedulian Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) terhadap upaya pelestarian lingkungan nampaknya bukan sekedar isapan jempol. Terlebih, upaya itu didorong PHE WMO melalui sejumlah program pemberdayaan masyarakat agar lebih aktif turut serta menjaga kelestarian ekosistem.
Minggu (22/5) Kemarin salah satunya, sejumlah aktivis mahasiswa yang tergabung dalam Kelompok Studi Burung Liar (KSBL) Pecuk dan UKM Pecinta Lingkungan Hidup Siklus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya melakukan orientasi burung migrasi kepada sejumlah siswa sekolah dasar setempat. Mereka diajak berkeliling di Taman Pendidikan Mangrove di desa setempat sambil diperkenalkan beragam jenis burung migran.
‪Sebelum diperlihatkan aneka jenis burung migran melalui dua teropong itu, mahasiswa mendatangi SD Labuhan untuk membekali siswa terkait semua jenis burung lokal dan burung migran melalui media gambar‬.
"Setelah siswa diajak keliling hutan mangrove dan melihat burung melalui teropong, selanjutnya kami menggelar lomba mewarnai burung," ungkap Ketua KSBL Pecuk ITS, Albi Hamdani.‬
‪Dengan mengusung tema And when the skies falling silent? Stop illegal killing, taking, and trade migratory bird sebagai wujud World Migratory Bird Day, mahasiswa ingin menanamkan arti penting pelestarian burung dan habitatnya kepada siswa sejak usia anak.‬

‪‪Jenis burung migran yang diperkenalkan itu diantaranya burung Gajahan Pengala (Whimbrel Numenius/Phaeopus), Cerek (Plover, Charadrius SP), dan Trinil Kaki Merah (Common Redshank/Tringa Totanus).‬

‪Selain itu, burung pantai seperti Trinil Pantai (Common Sandpiper/Actytis Hypoleucos), burung air seperti Cangak Merah (Purple Heron/Ardea Purpurea), dan Kuntul Kecil (Litle Egret/Egretta Garzetta) yang singgah sejak Desember 2014.‬

‪"Namun kali ini hanya beberapa saja yang nampak, didominasi jenis Burung Gajahan dan Elang Putih. Semoga siswa dan warga sekitar bisa memahami arti penting populasi burung dan habitatnya," pungkas mahasiswa asal Lamongan itu.‬
Dalam kesempatan lain, East Area HR/Ops and Kondev Tim Leader, Ulika Trijoga, mengapresiasi langkah Kelompok Studi Burung Liar (KSBL) Pecuk dan UKM Pecinta Lingkungan Hidup Siklus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya dalam mengedukasi pelajar di sekitar Taman Pendidikan Mangrove di Desa Labuhan.‬
"Langkah KSBL Pecuk sangat penting agar seluruh warga disekitar Taman Pendidikan Mangrove di Desa Labuhan bisa lebih menghargai lingkungan mereka, khususnya keanekaragaman hayati dan potensinya menjadi objek wisata yang eksotik. Aktivitas KSBL Pecuk sangat membantu terjadinya transfer pengetahuan dan kesadaran bagi warga," kata Ulika.‬
‪Ia menjelaskan, PHE WMO mulai mendorong pemberdayaan masyarakat yang dikaitkan dengan pelestarian di Desa Labuhan dengan penanaman 10.000 mangrove pada tahun 2013.‬
"Program pengembangan Taman Pendidikan Mangrove ditargetkan sudah bisa membangun kemandirian masyarakat pada tahun 2018," jelasnya.‬
‪Ulika memaparkan, konsep pengembangan Taman Pendidikan Mangrove menitikberatkan pada konservasi mangrove dan perlindungan wilayah pesisir, menangkap peluang ekonomi bagi masyarakat lokal, perlindungan sumber daya alam dan nilai budaya, serta peningkatan kualitas hidup dari kegiatan konservasi mangrove ini.‬
‪Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan penguatan kelembagaan bagi warga desa setempat, mewujudkan masyarakat pesisir yang berdaya dan memiliki kepedulian terhadap lingkungan.‬
‪"Kini warga bersama PHE WMO bahu membahu bukan saja untuk menyelamatkan lingkungan, tetapi juga berupaya menemukan nilai tambah ekonomi lewat pengembangan Taman Pendidikan Mangrove, termasuk lewat budidaya mangrove, cemara laut, dan Pepaya California," katanya.‬
‪Saat ini, lanjut Ulika, Taman Pendidikan Mangrove telah menjadi destinasi akademik seperti yang dilakukan Mahasiswa Pasca Sarjana sebuah universitas swasta di Surabaya. Semangat masyarakat itu juga telah mendoromng hadirnya pengunjung lainnya, misalnya dari UGM, Universitas Ciputra, Universitas Trunojoyo Madura.‬
‪"Kehadiran kelompok-kelompok pencinta lingkungan dari dunia akademis ini membuat warga lebih yakin lagi atas manfaat keberdaan Taman Pendidikan Mangrove," katanya.‬
‪Ia menambahkan, Program Taman Pendidikan Mangrove Labuhan yang mengusung konsep community-based conservation dengan mengintegrasikan aspek lingkungan dan pemberdayaan masyarakat ini dikembangkan PHE WMO dengan poktan mangrove Cemara Sejahtera, Pemerintah, dan masyarakat desa setempat, serta lembaga mitra, untuk mewujudkan sebuah kawasan konservasi dan pendidikan lingkungan.‬(*/krs)

 

| More

Berita "Madura" Lainnya