NasDem Gali Gagasan Bung Karno dan Gus Dur
Surabaya (beritajatim.com) - DPW Partai NasDem Jatim
mengadakan Halaqoh Ramadan Menggali ideologi dan gagasan Bung Karno dan
Gus Dur untuk Restorasi Indonesia di kantornya, Jalan Kartini
Surabaya, Sabtu (4/7/2015) malam.
Dalam acara itu, menghadirkan
pembicara seperti Bondan Gunawan-mantan Mensesneg RI era Presiden Gus
Dur, Munif Huda-mantan sekretaris pribadi Gus Dur dan Romo Didit-Vikjen
Keuskupan Agung Surabaya.
Ketua DPW Partai NasDem Jatim Effendi
Choirie (Gus Choi) menegaskan, NasDem tidak ingin melupakan sejarah.
NasDem tidak ingin pikirannya dari sendiri, tapi semuanya harus terkait
dengan yang dicita-citakan oleh pendirinya. "Oleh karena itu, kami mulai
mendiskusikan, menggali, memperbincangkan pikiran-pikiran para pemimpin
kita, terutama Bung Karno dan Gus Dur," ujarnya kepada wartawan.
Kader
NasDem di Jatim diminta mempelajari sejarah, pemikiran para tokoh
pejuang dan pendiri bangsa Indonesia. Tujuannya agar ke depan mereka
tidak memikirkan uang dan kekuasaan, tapi melakukan gerakan restorasi
dan berjuang untuk rakyat.
"NasDem ini partai baru, mengusung
restorasi. Ketika dia berbuat dengan semangat restorasi harus tahu
sejarah. Sejarah itu siapa yang membawakan, adalah para pendiri bangsa
ini. Siapa mereka, ya kita akan berbicara tentang pikiran, dan gagasan
presidennya, founding father-nya Bung Karno, Gus Dur, dan yang
lain-lain. HOS Tjokroaminto dan yang lain-lain," katanya.
NasDem
Jatim akan rutin menggelar diskusi tentang sejarah dan pemikiran
tokoh-tokoh yang terlibat dalam bangsa Indonesia, terutama tokoh yang
lahir di Jawa Timur seperti HOS Tjokroaminto, KH Mas Mansur, KH Wachid
Hasyim, KH Hasyim Asyari, Bung Tomo dan lainnya.
Termasuk
tokoh-tokoh muda pergerakan perjuangan bangsa Indonesia yang pernah
indekos di rumah HOS Tjokroaminoto di Jalan Peneleh Surabaya, seperti
Semaoen, Alimin, Musso, Kartosoewirjo.
Bondan Gunawan yang juga
alumni GMNI ini mengaku bukan anggota Partai NasDem, tapi sangat
antusias dan sangat mendukung gagasan-gagasan yang ingin menunjukkan
bahwa, walaupun bermacam-macam perbedaan ideologi, tapi yang terpenting
bagaimana negara terlindungi dan rakyat siapa pun menjadi sejahtera.
"Jadi
setiap kader partai selain memperjuangkan partainya agar besar, dia
harus berjuang untuk bangsa dan negara di atas segala-segalanya,"
tukasnya.
Bondan menegaskan, tidak perlu harus meniru pemikiran
Bung Karno maupun Gus Dur. Alasannya, pendiri negeri ini tidak ingin
punya pengikut. "Jadilah dirimua menjadi pemuda Indonesia yang mempunyai
tantangan berbeda dengan tantangan mereka pada waktu itu. Jawabannya
seperti apa, ada di tangan yang muda-muda ini," pungkasnya.