UU Pilkada Rugikan Pengusaha Kecil
Sabtu, 27 September 2014 16:31:58 - oleh : aditya
Gagasan itu hanya memikirkan politik, ambisi pribadi dan kelompoknya
Pengusaha sablon dan periklanan
merasa dirugikan pasca disahkannya Rancangan Undang-Undang Pemilihan
Kepala Daerah (RUU Pilkada) menjadi UU.
Pengusaha advertising asal Surabaya, Jawa Timur, Kuncarsono Prasetyo mengaku kecewa atas pengesahan UU Pilkada. Menurut dia, beleid itu dipastikan akan mengurangi pendapatan perusahaan yang ia kelola.
Sebab, selama ini usahanya banyak disokong dari laba hasil
mengerjakan alat peraga kampanye dan perlengkapan pilkada. Pemilik CV
Sawoong Creative ini mengaku jengkel dengan keputusan para wakil rakyat
di Senayan.
Kuncarsono mengatakan, selama ini dia mampu mempekerjakan dan
membayar lima puluh karyawan, salah satunya karena hasil dari
mengerjakan proyek pilkada. Sebab, ia bisa meraup keuntungan ratusan
juta rupiah dari membuat perlengkapan pilkada dan alat peraga kampanye.
Cacian dan ungkapan kekesalan pun meluncur dari bibirnya. Mantan
jurnalis ini menilai, keputusan DPR itu jelas merugikan rakyat. Menurut
dia, penggagas dan pendukung pilkada melalui DPRD mengabaikan demokrasi
dan mengabaikan kedaulatan rakyat.
"Jelas mempengaruhi, pemesanan berbagai keperluan kampanye di
pilkada tidak akan kami rasakan seperti dulu, melimpah dan mendatangkan
banyak keuntungan," kata Kuncarsono saat ditemui VIVAnews di rumahnya di Jalan Kalidami, Surabaya, Sabtu 27 September 2014.
Ayah dua anak ini mengatakan, pemilihan tak langsung akan berdampak
pada menurunnya omzet perusahaan miliknya. Order dipastikan menurun,
tidak seperti saat pemilihan langsung.
"Pasti itu berimbas kepada kami dan ribuan pengusaha advertising tak terkecuali di Surabaya dan di berbagai wilayah Jawa Timur lainnya," ujarnya mengeluh.
Menurutnya, pemesanan pernak pernik keperluan kampanye, berupa bendera, kaos, baliho baik in door atau out door serta yang lainnya tidak sebanyak masa kampanye di pemilihan langsung.
"Kami sebagai pelaku usaha advertising andalan utamanya adalah order pilkada. Memang masih ada pesanan dari langganan, termasuk keperluan sekolah atau event lain, tapi itu tidak sebanyak saat pilkada," kata dia.
Dia juga menyebut soal nasib pegawainya, yang juga mengandalkan penghasilan dari perhelatan pilkada langsung. "Saya ndak habis pikir, pencetus gagasan tersebut hanya memikirkan politik,
mengejar ambisi keinginan pribadi dan kelompoknya saja," tuturnya.
Pengusaha yang terampil melukis dan dikenal dengan kausnya yang
unik dan kreatif ini menyebut peluang pemasukan dari usahanya dipastikan
akan menyusut hingga 40 persen. Dia mengakui, usahanya bisa besar
karena hajatan demokrasi lima tahunan.
Sebab, dalam gelaran pilkada langsung keuntungan perusahaannya bisa
naik sampai lima kali lipat dari hari biasa. Dia sudah mulai menimbang
untuk mencari order lain di luar politik.