Gencarkan Hortikultura Varietas Unggul, PHE WMO “Hidupkan” Petani Bandang Daja
Senin, 11 Januari 2021 18:03:53 - oleh : eko

Gencarkan Hortikultura Varietas Unggul, PHE WMO “Hidupkan” Petani Bandang Daja

 

Bangkalan, kabarsuramadu.com - Lahan tandus dan tanpa jangkauan pengairan irigasi nampaknya tidak lagi menjadi alasan petani untuk tidak produktif. Seperti yang dilakukan sejumlah petani di dataran tinggi kabupaten Bangkalan, tepatnya desa Bandang Dajah kecamatan Tanjung Bumi. Meski hanya mengandalkan tadah hujan, mereka mampu menyulap lahan tidur menjadi ladang subur dan bernilai ekonomi tinggi.

 

Meski sebagian besar cocok tanam hanyalah tanaman hortikultura, namun pilihan budidayanya adalah varietas yang bernilai ekonomi cukup menjanjikan. Seperti tanaman Bunga Koll varietas Liberti, Semangka varietas Esteem, Jagung varietas Madura, Pakcoy varietas Nauly, Bawang Merah varietas Sumenep, Cabe varietas Imola, hingga Tomat varietas Servo.

 

Seperti yang disampaikan Ketua Kelompok Tani Sangga Buana Desa Bandang Dajah, Jazi, prospek budidaya hortikultura ini sangat menjanjikan meski hanya diujicobakan di lahan seluas setengah hektar. Dan itu dibuktikan, kini mereka sudah menikmati manisnya panen raya.

“Dulu sebelum beralih (ke budidaya hortikultura) varietas unggul, adanya hanya tanaman jagung dan kacang ijo. Itu pun setahun sekali, menunggu masa hujan turun,” ungkap Jazi, Senin (11/1/2021).

 

Keberhasilan tersebut menurut Jazi tidak lepas dari adanya Program Eco Edufarming yang telah memberikan  wawasan dan harapan baru bagi masyarakat sebagai potensi pendongkrak perekonomian dari sektor pertanian. 

 

Program tersebut dicanangkan oleh PHE WMO bekerjasama dengan pendamping. Program tersebut diinisiasi berdasarkan pengamatan adanya potensi alam dan ketersediaan lahan namun terlantar. Terkesan masyarakat setempat enggan bertani. Namun setelah dianalisa, faktor penyebabnya rata-rata karena minimnya pengetahuan tentang pola pertanian, perhitungan modal maupun pemasaran pasca panen. Sehingga usaha sektor pertanian di Desa Bandang Dajah dianggap tidak menjanjikan.

 

Nah, setelah dilakukan pendampingan, masyarakat petani setempat lambat laun mulai tergerak untuk menghidupkan sektor pertanian. Nurudin, pendamping program pertanian ini mengungkapkan, target awal adalah memanfaatkan lahan tidur dengan melakukan intensifikasi pertanian biaya murah. Tingginya biaya pertanian dikarenakan umumnya menggunakan pola pertanian dengan obat-obatan.

 

"Keuntungannya kecil. Mereka memilih merantau atau sebagai kuli bangunan. Pulang bangun rumah, lahan di sini ditanami rumput untuk pakan ternak,” paparnya. "Kami pangkas Sebagian besar biaya hingga 90,99 persen, tanpa obat obatan. Sehingga cost-nya turun banyak," ungkapnya.

 

Karena itulah, dari hasil assesment PHE WMO, eksplorasi terkait pertanian dilakukan guna menemukan formula yang tepat.

"Bagaimana pertanian bisa menghidupi masyarakat di sini. Kami kenalkan teknologi tepat guna, murah, dan bisa mudah dicontoh masyarakat," terang Nurudin lagi

 

Tidak berhenti di situ. PHE WMO juga memberikan pelatihan cara pembuatan  pupuk olahan dari kotoran hewan ataupun dari limbah arang sekam.

"Artinya, kendala air dan pupuk bisa diatasi. Bahkan selain jagung, semua tanaman bisa tumbuh subur di lahan yang dinilai minim air," kata Nurudin.

 

Karena itulah, dari hasil assesment PHE WMO, eksplorasi terkait pertanian dilakukan guna menemukan formula yang tepat. "Bagaimana pertanian bisa menghidupi masyarakat di sini. Kami kenalkan teknologi tepat guna, murah, dan bisa mudah dicontoh masyarakat," terangnya.

 

“Melalui program pertanian di Bandang Dajah ini kami berharap bisa memunculkan kemandirian dan potensi peningkatan ekonomi melalui pertanian organik dan hemat biaya. Selain itu serta mengenalkan potensi pertanian yang ada di Desa Bandang Dajah” terang Sapto Agus Sudarmanto, Field Manager PHE WMO

 

“Sebelumnya di Desa Bandang Dajah ini juga PHE WMO juga telah berkontribusi dalam penyediaan fasilitas air bersih dan pembentukan HPAM Sumber Barokah. Programnya adalah pemboran dan pipanisasi melalui rumah warga”, pungkas Sapto.(krs)

| More

Berita "Madura" Lainnya