Bobroknya Kinerja Semen Indonesia
Jum`at, 12 Desember 2014 00:43:02 - oleh : aditya

Bobroknya Kinerja Semen Indonesia

Saat Dwi Soetjipto Menjabat Sebagai Dirut Semen Indonesia

Jakarta, 11 Desember 2014 – Tersendatnya penjualan dan tingginya biaya operasional produksi terkait tidak optimalnya peralatan di pabrik Tuban, diyakini target produksi dan penjualan tahun 2014 tidak tercapai, hal tersebut diakibatkan oleh pemilihan mesin yang tidak sesuai spesifikasi, suatu contoh pabrik Tuban IV yang beberapa peralatan di kombinasi dengan produk dari China.

Sementara kinerja dibidang produksi dan pemasaran sampai dengan Oktober 2014 tidak terlalu baik. Penjualan domestic hanya mencatat 21,39 juta ton atau meningkat 3,5% dari periode yang sama tahun 2013 sebesar 20,67 juta ton. Terjadi penurunan ekspor dari ketiga anak usaha di Indonesia. Lalu mampukah Semen Indonesia merealisakan penjualan domestic mencapai 28,5 juta ton dan ekspor (Thang Long) mencapai 3,3 juta ton di akhir 2014 yang tinggal sebulan? Inilah tantangan berat bagi jajaran direksi baru Semen Indonesia, selain harus mengikis kebiasaan buruk pencitraan dan gemerlap event mahal yang sudah ditumbuhkan menjadi kebiasaan selama bertahun-tahun.

Salah satu karyawan SI bernama Pak Slamet ditemui secara terpisah mengungkapkan bahwa pembengkakan biaya juga terjadi di anak usaha perseroan yaitu Thang Long Cement Vietnam, sejak diakuisisi pada akhir 2012 lalu sampai saat ini masih merugi. “Produksi dari Thang Long Cement tidak laku di pasar domestik mbak, terbukti sejak berdiri sampai saat ini market share di dalam negeri Vietnam hanya mencapai 4 persen” katanya.

Pak Slamet juga mengatakan bahwa tingginya biaya juga diakibatkan dari kebiasaan manajemen perseroan yang senang hura-hura dengan event yang mengada-ada. Informasi yang berhasil dihimpun dari teman-teman internal Semen Indonesia mengatakan bahwa seluruh event dibiayai dari dana Corporate Social Responsibility (CSR).

Selain Pak Slamet, Pak Hendro juga menambahkan bahwa Salah satu kegiatan yang juga menyedot uang perusahaan adalah Penerbitan dan Bedah Buku karangan Dwi Soetjipto dengan judul Road to Semen Indonesia di berbagai tempat di Indonesia. Puluhan perguruan tinggi disambangi dengan membagikan buku dan souvenir secara gratis. Di beberapa tempat ditambah dengan kegiatan pameran dan festival budaya. Bahkan bantuanpun dikucurkan untuk menarik minat perguruan tinggi lainnya agar bersedia bahkan meminta dilaksanakan dikampus tersebut.

Pak Hendro mengaku bahwa sampai Triwulan III Tahun 2014, Semen Indonesia mampu mencatat laba bersih sekitar Rp4 triliun. Perusahaan multinasional dibawah naungan Kementerian BUMN ini memiliki kemampuan produksi 31,8 juta ton semen pertahun. Kapasitas sebesar itu dihasilkan dari 4 operating company masing-masing Semen Padang, Semen Gresik, Semen Tonasa dan Thang Long Cement Vietnam, mari kita bandingkan mbak dengan competitor terdekatnya yakni Indocement Tunggal Prakarsa (INTP), pada periode yang sama mampu membukukan laba bersih sekitar Rp3,7 triliun. Padahal anak perusahaan Heidelberg Cement ini hanya memiliki kapasitas produksi maksimum 20 juta ton semen pertahun.

Kinerja Semen Indonesia seharusnya bisa lebih baik karena perusahaan ini memiliki keunggulan dibandingkan competitor terdekatnya. Keunggulan ini antara lain kemampuan untuk merebut pasar yang didapatkan dari lokasi strategis 4 anak perusahaan yang tersebar, beroperasinya 23 Packing Plant dan 11 pelabuhan khusus yang tersebar di seluruh wilayah pemasaran Group Semen Indonesia.

Tingginya biaya operasional dan belum optimalnya kinerja perusahaan ini dimungkinkan menjadi salah satu pendorong Serikat Karyawan Semen Indonesia (SKSI) melakukan aksi unjuk rasa beberapa waktu lalu (14/11/2014). Sekitar 300 karyawan mewakili 2000 lainnya menyuarakan aspirasi dalam 10 tuntutan antara lain sebagai berikut:

1. Perbaikan kesejahteraan karyawan yang adil dan transparan.

2. Menolak segala bentuk efisiensi abal-abal yang mengurangi kesejahteraan karyawan

3. Selamatkan aset bangsa, saatnya revolusi di Semen Indonesia.

4. Selamatkan keberlangsungan operasional Pabrik Tuban.

5. Menolak segala macam gebyar berbagai perayaan.

6. Menolak segala macam bentuk pencitraan untuk kepentingan pribadi.

7. Menuntut keterlibatan SKSI untuk pengambilan kebijakan strategis.

8. Stop kebijakan yang tidak pro-karyawan.

9. Menuntut manajemen untuk selalu menepati janji.

10. Menuntut Direktur Utama mundur dari jabatan.



Gila Pencitraan

Menurut Hendro, Dirut kami Pak Dwi sangat suka dengan pencitraan, mulai dari iklan di surat kabar maupun pembuatan iklan televisi dan penayangannya di beberapa stasiun televisi swasta nasional. Konon pemilihan agensi dan rumah produksi dilakukan dengan penunjukan langsung. Tidak kurang dari empat versi iklan telah dibuat yang kesemuanya melibatkan Pak Dwi Soetjipto. Masyarakat awampun menilai pemeran utamanya adalah Direktur Utama Semen Indonesia kala itu. Diperkirakan biaya yang dibutuhkan untuk kegiatan ini mencapai ratusan miliar rupiah.

Hal lain yang menghabiskan biaya hingga ratusan miliar adalah penyelenggaraan event perusahaan seperti KOMPAK, KIRANA, UKM Award, Innovation Award, Peringatan Hari Pendidikan Nasional, Hari Kebangkitan Nasional, Padamu Kartini, Blanggur Ramadhan, Takbir Akbar, Celebration Nite, Hari Pahlawan, yang lebih dari 10 event setiap tahunnya.

Yang menarik semenjak Dwi Soetjipto menjabat sebagai Dirut Semen Indonesia, penyelenggaraan event-event yang telah berjalan bertahun-tahun ini selalu dimenangkan oleh satu nama Event Organizer (EO) yakni Pilar Communication. Bisa jadi event organizer itu satu-satunya yang terbaik di Indonesia atau ada factor lain yang menjadikannya sebagai EO kepercayaan perusahaan.

Informasi yang didapat dari salah satu personal event organizer yang keberatan disebut namanya mengatakan, “Ibu (pemilik perusahaan EO) saat ini sedang di Singapura nungguin anaknya ujian,” sembari turun dari mobil mewahnya. Namun ketika ditanya kapan ibu pulang, yang bersangkutan tidak menjawab. Kabar lain menyatakan bahwa pemilik perusahaan EO ini sedang menjalani proses persalinan di Negeri Merlion.

Dibidang investasi ke luar negeri seperti ekspansi di Vietnam, rencana akuisisi pabrik di Myanmar, Bangladesh serta rencana pembangunan pabrik di Papua hanya pemborosan uang perusahaan belaka. Hal itu dibuktikan dengan keberadaan Thang Long Cement yang sudah diakuisisi sejak Desember 2012 masih rugi. Bahkan perusahaan masih harus menanggung beban hutang pabrik di Vietnam tersebut.

Dwi Soetjipto (kiri) Direktur PT. Semen Indonesia

| More

Berita "Peristiwa" Lainnya